cukup bertahan satu malam
Pada hiruk piruknya kota Jakarta, sehabis keliling kota berbekal angin malam yang menjelajahi tubuh mereka, kini motor beat hitam itu berhenti di tempat yang akhir-akhir ini selalu mereka datangi. Tempat itu adalah blok M dengan tujuan gultik Pak Jaya. Kenapa gultik Pak Jaya? Ya karena gultik punya Pak Jaya.
“Ini tiga piring gultik buat neng Meda sama lima piring buat Mas Rasi seperti biasa” Pak Jaya sudah hafal dengan pesanan mereka yang selalu pada pukul sebelas malam.
Semakin malam justru semakin ramai akan manusia-manusia. Ada yang datang bersama pasangannya, ada juga bergerombol dengan teman sembari tertawa terpingkal-pingkal.
“Rasi” panggil Andromeda yang dijawab oleh kedua alis terngkat seolah berkata ‘apa?’ dengan mulut yang penuh dengan nasi.
“Aku mau nanya”
“Kenapa? Kamu pernah makan dinosaurus?” jawab Alkarasi dengan randomnya.
Mata Andromeda menyipit dengan sebal, “Aku jadi ga heran kenapa nama kamu Alkarasi Scorpius padahal lahir dibulan januari”
Rasi terkekeh dengan senyum manisnya, “Hahaha, mau nanya apa?”
“Kamu pernah makan dinosaurus?” tanya Andromeda kembali dengan wajah seriusnya.
Lalu sontak mereka berdua tertawa renyah menertawakan percakapan yang sangat tidak berbobot itu.
“Serius aku mau nanya” Ucapannya terjeda kala Pak Jaya datang membawakan dua gelas teh hangat.
“Minum dulu, angetin badannya,” ucap Rasi memberikan satu gelas teh hangat untuk Andromeda teguk.
Setelah meneguk beberapa teh hangat, Andomeda menatap lurus kearah Rasi untuk menanyakan pertanyaan yang memenuhi isi kepalanya.
“Kenapa kamu ga pernah nanya setiap aku lagi terpuruk? Alih-alih nanya atau ngasih saran, kamu cuma dateng ngulurin tangan terus ngajak aku muterin kota Jakarta yang pada akhirnya selalu di rute akhir gultik Pak Jaya” akhirnya dengan satu tarikan nafas Andromeda berhasil menyuarakan apa yang selama ini bersarang di pikirannya.
Rasi meletakkan piring kedua yang sudah habis di lahap lalu meneguk teh hangatnya, “Aku cuma ngajak kamu buat bertahan satu malam.”
Andromeda mengerutkan keningnya, “Maksudnya? Kenapa juga cuma satu malam?”
Rasi terkekeh dengan gigi gingsul khasnya yang selalu menjadi bagian favorite Andromeda.
“Karena kadang emang alesan bertahan perlu sesederhana itu.”
Andromeda masih tidak mengerti, menuntut meminta penjelasan namun Rasi hanya tersenyum melanjutkan piring ketiganya. Sampai akhirnya mereka telah selesai habis menyantap dengan bersih dan berjalan pergi bertautkan jemari lalu memasukkan ke kantong jaket milik Rasi.
Kini sudah Pukul setengah satu malam. Hal yang selanjutnya mereka biasa lakukan adalah pergi ke taman yang tidak jauh dari blok M lalu duduk dan mentap bintang malam.
Hal yang kebetulan sama-sama mereka sukai dan kebetulan lainnya adalah nama mereka berasal dari Rasi bintang.
Andromeda berarti Putri Andromeda di langit utara dekat Pegasus, Rasi yang cukup panjang dan redup membentuk huruf “A”
Sedangkan Alkarasi Scorpius diambil dari rasi bintang Scorpio dengan lambang kalajengking dan terletak diantara libra di sebelah barat dan sagitarius di sebelah timur.
“Ada tiga tipe manusia, Meda” ucap Rasi yang membuat Andromeda menoleh menatapnya.
“Yang pertama, ada manusia yang hanya butuh didengarkan dan ditemani merayakan kesedihannya. Karena pada dasarnya dia sudah tahu jawaban atas apa yang di permasalahkan.”
Andromeda mendengarkan dengan seksama, “Lalu yang kedua?” Tanya nya.
“Yang kedua, hanya butuh di dengarkan dan di beri saran. Walau sejatinya dia juga sudah tahu jawabannya, tetapi dia butuh validasi agar apa yang dia ambil itu enggak akan salah. Yang ketiga. Butuh didengarkan, diberi saran, dan ditemani.”
“Dan aku tahu kamu adalah tipe yang pertama, walau dalam beberapa persoalan kamu bisa menjadi tipe yang ketiga.” Rasi menjeda ucapannya sejenak, “karena kalau aku bertanya padamu malam hari, belum tentu paginya setuju.”
Ucapan Rasi semakin membuat Andromeda berpikir keras, “Sumpah aku engga ngerti.”
Rasi mengusik pelan rambut perempuannya. “Kalau pada saat itu aku Tanya, kamu mau bagaimana sama hidupmu, jawabanmu apa?” Rasi justru bertanya.
“menyerah mungkin?” jawab Andromeda dengan ragu, “Karena saat itu aku gapunya pikiran apa apa selain menyerah”
“Nah itu, jangan ngikutin hatimu dimalam hari karena ketika pagi datang belum tentu pikiranmu akan sama. Meda, gaada yang abadi kamu tau itu kan? Maka ketika kamu sedang merayakan kesedihanmu dimalam hari, kamu cukup bertahan pada malam itu.”
“Kalau paginya ternyata masih sama? Kan enggak ada jaminannya ketika pagi aku akan disambut langsung dengan bahagia”
“Berarti kamu bertahan kembali pada satu malam berikutnya. Ketika sedih masih datang juga, kamu cukup bertahan kembali satu malam. Seterusnya sampe pagi menyambutmu dengan bahagia dan kamu lupa untuk bertahan pada satu malam”
Perlahan sudut bibir Andromeda membuat lengkungan, ia paham maksud dari ucapannya Rasi.
Laki-laki itu selalu mengajaknya keliling kota untuk mengupayakan ia terus melihat pagi dan lupa akan sedih dimalam hari. Benar, ketika sedihmu tidak berkesudahan dan menyerah menjadi pilihan, kamu cukup bertahan satu malam hingga pagi menyambut dengan bahagia yang datang.