Fakta satu tahun lalu.

Keadaan cafe ruang rasa saat ini sepi karena Rage sengaja mereservasi satu cafe agar tidak ada yang datang selain dirinya dan Hanafi. Rage mengetuk ngetuk meja pelan menunggu Hanafi datang sambil meneguk americano yang tadi ia pesan.

Pintu cafe terbuka menampilkan sosok yang ia tunggu sedari tadi, lalu mengambil tempat duduk didepan Rage

“Udah lama?” tanya Hanafi.

Rage menggeleng. “Belom, mau mesen minuman dulu?”

“Gausah, emang ada apa sih tumben ngajak ketemuan”

Rage merubah posisinya lalu mengambil amplop coklat dari tasnya dan menaruhnya di depan meja. “Gue gamau bertele-tele ya fi”

“Lo bisa jelasin maksud ini semua?” tanya Rage sambil mengeluarkan isi dari amplop tersebut, raut wajah Hanafi sedikit kaget namun kembali biasa dengan smrik di wajahnya.

Rage mengeluarkan isi amplop yang terdiri dari foto yg diambil dari rekaman cctv, rekaman Adhitama yang mengaku sebagai saksi bayaran, dan jaketnya Hanafi.

“Oh, udah berhasil? lama banget sih gue nunggu satu tahun”

Raut muka Rage menunjukan kaget pasalnya ia akan mengira Hanafi akan takut atau kaget saat ia mengeluarkan bukti bukti itu, namun yang dilakukan Hanafi justru sebaliknya. ia tetap duduk tenang didepan Rage sambil melipatkan tangannya.

“Jadi bener pelakunya elo anjing?”

Hanafi tertawa remeh. “Sesuai dugaan lo”

Tak habis pikir, jadi bener selama ini orang terdekatnya sendiri?

“Maksud lo apaan fi,” ucap Rage lalu mengusap mukanya, “Maksud lo apaan anjing, lo anggep kita kita apa sih?”

“Lo mau tau maksud gue?” Tanya Hanafi nada bicaranya sedikit berubah, seperti menahan amarah.

Dengan satu tarikan nafas Hanafi mengungkap. “Gue benci Lingkar”

“Tapi enggak gini caranya Hanafi, enggak gini.”

Hanafi menggertak giginya. “Lo tau apa sih ge?”

“LO TAU APA? LO TAU GAK GARA GARA LINGKAR ADEK GUE JADI DEPRESI SAMPE BUNUH DIRI?” Murka Hanafi

Kaget, Rage kaget dengan penuturan Hanafi barusan. karena memang setau Rage adiknya Hanafi sudah meninggal beberapa tahun lalu, bahkan Hanafi tidak pernah membahasnya sedikit pun.

“Adek lo...?”

Mata Hanafi memerah menahan amarah sekaligus luka yang kini ia buka kembali. “Iya, adek gue jadi korban bully Lingkar pas smp”

“Terus menurut lo, gue diem aja?”

“Tapi tetep cara lo salah Fi... kita temenan udah bertahun-tahun”

Hanafi membuang nafas gusar. “Persetan dengan status pertemanan, nyawa dibales nyawa Ge”

“Kenapa?”

“Kenapa lo naruh gelang Morsbon's?” Tanya Rage kembali memastikan.

Dengan entengnya Hanafi menjawab, “Sengaja, biar seru aja liat kalian berantem. bener kan jadi berantem? hahahah. cih, solidaritasnya enggak valid ternyata.”

“Lo mau tau kenapa Jeha bisa bilang ke Morsbon's kalau lo mau dateng ke markasnya? itu karena gue yang bilang. Gue juga yang bikin fake chatnya ke Jeha, karena gue tau Jeha masih enggak terima sama apa yang nimpa Lingkar”

Rage menahan amarah lalu melayangkan tatapan tajam sambil menarik kerah baju Hanafi. “Anjing, LO TAU ANJING GAK”

Hanafi menepis tangan Rage dari kerah bajunya. “Gue enggak peduli, abis ini mau lo laporin gue juga silahkan”

“Karena dendam gue udah terbalaskan”