harapan panjang disetiap insan.

Keena pov.

Arshaka, sebenarnya gue udah mengenal baik nama itu karena seringkali menjadi perbincangan anak kelas dan guru-guru. dikenal dengan pribadi yang baik namun berandal karena menjadi sasaran satpam ketika ia hendak cabut bersama geng-nya itu. gue hanya tau sebatas itu dan tidak berniat untuk mencari tau.

Namun waktu itu gue hendak pulang sekolah dan menunggu abang gue jemput, tenggorokan terasa haus, jadi gue memutuskan untuk membeli sebotol air putih. saat gue selesai membayar, gue melihat laki-laki sedang berjongkok di dekat warung memberi makan kucing-kucing liar sambil mengelus bulu mereka, dan berkata. “Makan yang banyak ya pus dan hidup yang bahagia, nanti aku kesini lagi buat ngasih makan.” gue yang mendengarnya tersenyum kecil lalu kembali ke tempat asal.

Seminggu berlalu dan saat gue sedang duduk dimotor abang gue hendak membeli perlengkapan kue, diperjalanan gue melihat kakek-kakek yang kesulitan menyebrang faktor usia yang tidak lagi muda, namun tiba-tiba ada seorang yang membantu kakek itu menyebrang dengan hati-hati. iya, orang yang sama saat ia lihat terakhir kali, dan gue melihatnya dengan senyuman yang sama.

Lalu saat malam hari cuaca sehabis hujan membuat udara sedikit lebih dingin, gue memakai jaket dan memutuskan pergi untuk membeli sedikit cemilan di indomaret dekat rumah. Saat perjalanan pulang, gue melihat seseorang sedang berjongkok menutupi mukanya dengan kedua tangan dan terdengar suara tangisan, gue mengamati dari jauh lalu lima detik setelahnya menyadari bahwa itu orang yang sama. Entah dunianya sedang kenapa, tapi yang pasti ia sedang tidak baik-baik saja. Gue melepas jaket dan mengambil sebotol kopi yang tadi gue beli lalu meletakannya tanpa suara disebelah laki-laki itu dan segera pergi, dan berharap dunianya lekas membaik.

Setelahnya gue tidak berharap apa-apa, tapi ada sedikit rasa penasaran didalam dada. Seperti apa dunianya laki-laki itu?mengapa ia seringkali menemukan sedang menangis sendirian atau kadang ditemani kucing-kucing liar.

semuanya terjawab saat pertamakali kita dipertemukan di depan indomaret sore hari, saat terjebak tawuran.


Hari ini, hari kelahiran laki-laki itu. Hari yang seharusnya disambut dengan bahagia dan penuh suka cita, namun berakhir dengan duka. Langkah kakinya berderu di lorong rumah sakit dan berhenti di depan ruangan bertuliskan IGD bersama yang lainnya. menunggu sambil merapal dalam hati, agar seseorang yang sedang berada didalam sana baik-baik saja.

Astral dan Roo sibuk mondar mandir gelisah, sedangkan gue, Nadi, dan Nanza duduk dibangku rumah sakit sambil berpegang tangan. Rage tampak menunduk dan menangis yang ditenangkan oleh Jeha. Didepan gue, Kael cuma terdiam tidak menangis.

Lalu pintu ruangan terbuka dan menampilkan sosok dokter keluar, semuanya langsung berdiri dan menatap dengan saling harap.

“Keluarga pasien?”

Om diga sedang dalam perjalanan, jadi Rage yang maju untuk mewakilkan. “Saya kakaknya dok, adik saya baik-baik aja kan dok? iya kan dok?”

Dokter menarik napas panjangnya. “Begini,”

tolong semesta, tolong hal baik yang ia dengar, tolong sekali.

“Kecelakaan yang menimpa pasien cukup parah, sempat kehilangan banyak darah walau sudah teratasi. Namun saat ini pasien dalam keadaan kritis, saya tidak bisa menjamin tapi semoga pasien bisa melewati masa kritisnya malam ini” Ucap sang dokter.

ternyata semesta sedang tidak berpihak pada kita.

Rage mengepal tangan dan menonjok tembok rumah sakit, semuanya menolak percaya yang dikatakan dokter barusan.

“Dok...” ucap Rage dengan sangat pelan akibat tangisnya yang sulit dikendalikan. “Selamatkan adik saya dok... bahkan tuker nyawa dengan saya, saya rela dok” tangan rage meraih tangan dokternya.

Tangisan Astral pecah. “Temen gue hel.... temen gue pasti bisa bertahan kan hel?” tanya Astral pada Nahel yang disebelahnya.

“Percaya sama Saka tral, percaya. Pasti dia bisa bertahan”

Raskal terduduk dilantai rumah sakit, wajahnya sudah tidak karuan. Mukanya memerah dengan air mata yang terus berjatuhan. “ANJING, KALO TAU BEGINI AKHIRNYA GUE ENGGAK BIARIN LO KE WARUNG BUDE” teriak Raskal dengan penuh penyesalan.

Malam itu menjadi malam yang panjang, tangisan terus menggema tidak putus-putus. Kita semua bergandeng tangan, dan merapal dalam hati untuk seseorang yang sedang berjuang.

semoga, semoga bisa bertahan sedikit lagi.