Konsekuensi

kini semua anggota Morsbon's tengah berkumpul di kediaman Saka, menunggu sang pemilik rumah pulang. Astral dan Kael sedang goleran di lantai sambil memakan biji kacang yang terdapat di meja, sedangnya Nahel sibuk dengan cooking mamanya yang katanya “liat, dikit lagi gue bakal buka bakery!” sedangkan Roo sama Raden tengah asik menonton TV, sisanya Saka dan Raskal sibuk bermain ponselnya.

situasi seperti ini menjadi hal yang sering terjadi, membuat ulah-Papa Diga turun tangan-konsekuensi. setiap ulah atau masalah yang terjadi pasti ada Papa Diga disamping mereka, membantu membereskan masalah yang disebabkan oleh anak anak bandel ini.

Papa Diga bukan tipikal orang tua yang langsung memarahi anaknya ketika ia melakukan kesalahan, bukan seperti itu. ia pasti meminta penjelasan terlebih dahulu, menganalisis dari segala sudut pandang, lalu mengambil langkah. maka dari itu, kenapa Papa Diga selalu membela anak anak bandel ini, karena ia tahu, bukan mereka biang dari masalahnya dan pasti ada alasan tersendiri.

Papa Diga juga selalu mengajarkan anak anak Morsbon's bahwasalnya setiap perbuatan yang mereka buat itu ada konsekuensinya, entah baik atau buruk. jadi walau Papa Diga akan membela mereka disetiap masalah, setelahnya mereka pasti mendapat hukuman akan masalah yang mereka perbuat.

“Wih udah pada ngumpul semua, gimana kabarnya udah lama ga ngumpul. eh sekalinya ngumpul gara gara ngulah, hadeh anak muda.” sang pemilik rumah datang sambil membawa pizza ditangan kanannya

sontak anak anak Morsbon's berdiri dan salam dengan hormat kepada pemilik rumah, lalu mereka duduk membuat lingkaran.

“Kabar baik om” ucap Astral

sedangkan Nahel dan Raskal sibuk membuka kotak pizza yang Papa Diga bawa

“Om gimana kabarnya? gamau angkat anak gitu om? kita siap banget ini” canda Kael

Papa Diga terkekeh, “Gimana bang? mau nambah sodara gak?”

Saka menoleh kearah Kael lalu menatapnya tajam, “Sini berantem dulu sama gue”

Kael mengangkat tangan membentuk peace, tanda damai. Astral dan Roo malah berebut saos

“IH GUE DULUAN” sewot Astral

“ENAK AJA, GUE DULU” balas Roo

“Aduh udah udah jangan berantem, itu di dapur ada saos ambil aja” ucap Papa Diga melerai

“Oh iya, gimana rapat paripurnanya om?” tanya Raden

Astral yang mulutnya tengah memakan pizza menimbrung obrolan, “Udah pasti menang lah, Om Diga dilawan”

Papa Diga tersenyum, “Alhamdulilah udah beres, cuma orang tuanya Rajas agak rese aja, mentang mentang anak satu satunya di manja banget. salah kok masih dibela”

“IYA TAU OM, emang orang tuanya Rajas udah terkenal resenya, suka digosipin ibu ibu kalo bagis rapot” celetuk Nahel

Kael menatap Nahel dengan tatapan heran, “Kok lu tau tauan si?”

“Waktu itu gasengaja ikut gibah bareng”

semua orang yang mendengar penuturan Nahel menganga tidak percaya.

“Kacau si hel lo kacau”

“Oh iya, jangan lupa konsekuensinya”

Saka yang sedari tadi diam kini bersuara, “Apa pah?”

“Bantuin Pak jajang cat tembok sekolah hari mingggu” ucap Papa Diga yang sontak membuat anak anak Morsbon's berdecak dan sibuk mendumel

“Gabisa hari senin aja gitu om? minggu waktunya saving energy alias rebahan” pinta Kael

Nahel menyetujui, “betul, ini Nahel juga udah ada jadwal mau buat kue black forest om”

Papa Diga menggelengkan kepala, “Nopee, konsekuen is konsekuen” Ucap mutlak.

lalu Papa Diga mengarahkan pandangannya kearah anaknya itu, menilik matanya sebab sedari tadi ia kebanyakan diam tidak bersua. raganya mendekatkan diri kepada anaknya itu lalu menepuk pundaknya pelan,

“Bang, kebelakang dulu bentar yuk?”


kini mereka berdua tengah duduk bersantai di belakang rumahnya, tempat dimana mereka berdua sekedar merokok bareng, atau seringnya bercengkrama membahas segala hal.

“Bang” ucap papa memulai percakapan sambil mengeluarkan kotak rokok dalam saku celananya

“Iya pi? eh, pa”

gerakan papa terhenti sebentar, lalu menyalakan pematik dan membakar rokok miliknya. menarik nafas perlahan, “Bang, you okey?”