Ruang Kerja.

“Abang gamau bicara sesuatu?” tanya papa

“Okey, abang minta maaf karena bersikap enggak sopan waktu itu.”

“Kenapa abang bersikap begitu?”

Saka terdiam, tidak menjawab pertanyaan papa.

“Arshaka, jawab pertanyaan papa.”

jika sudah dipanggil seperti itu, berarti perbincangan keduanya sudah masuk difase serius.

“Gaada alasan.”

Papa memandang putranya, “Kata Om Joo abang bilang tante Lily jahat, coba jelasin ke papa kenapa abang bisa ngomong seperti itu.”

Tangan Saka sedikit gemetar, dadanya bergemuruh kala nama perempuan itu disebut.

“Pah, yang lain aja. jangan tante Lily, Jangan sama dia.”

“Kenapa? coba dong abang jelasin alesannya biar papa ngerti.” ucap papa sedikit menaikkan nada suara

“Jangan sama dia, abang mohon.” pinta Saka dengan nada yang sedikit bergetar

Papa mengusap mukanya lelah, “Bang, papa masih enggak ngerti sama jalan pikiran kamu saat ini. Kenapa kamu bersikap kaya gini? padahal kemarin papa udah mastiin kalo abang masih belum menerima, papa gapapa. tapi abang bilang apa? abang sendiri yang nyuruh papa kejar bahagianya papa. sekarang udah papa kejar kamunya malah begini, kamu maunya apa sih bang?”

pandang Saka saat ini memburam, air dipelupuk matanya sudah tidak kuat menampung, satu tetes air mata lolos keluar dari mata merahnya dan berlanjut dengan tetes tetes berikutnya hingga wajahnya saat ini basah oleh air matanya, badannya bergetar hebat. Papa yang melihatnya segera mendekap badan putranya sambil menenangkan.

“Abang, dengerin papa. tarik nafas... keluarin pelan pelan”

Saka mengikuti arahan papanya, mengambil nafas lalu membuangnya secara perlahan, begitu terus sampai ia sedikit tenang.

Papa menghapus air mata di wajah putranya, “Hey abang kenapa, hm?”

“Papa... papa mau tau ke- kenapa abang enggak suka sama tante Lily?” ucapnya dengan nafas yang terputus-putus

Papa mengganti posisi berjongkok di hadapan putranya, sambil menatap wajah sendunya.

“Kenapa?”

“Karena...” tangisan abang tak kuasa ditahan, suara paraunya terdengar sangat menyakitkan ditelinga papa, namun setelahnya Saka kembali berucap, “Karena.. tante Lily ibunya abang.”

sudah, sesak yang ia tanggung sedari tadi sudah keluar. Papa langsung mendekap kembali tubuh ringkihnya itu dan ikut menitikan air mata, merasakan sesak yang diderita putranya.

semesta, apa lagi ini?