surat pertama yang mengudara tanpa pernah dibaca lagi sang pemiliknya.

Kala itu, pas aku tau kamu sakit dan enggan untuk kemo, yang katanya “Ra, kemo hanya buang buang tenaga. toh ujung ujungnya aku akan meninggalkan dunia, jadi buat apa?” bahkan ketika aku meneteskan air mata di depan dia, tetap dengan pendiriannya ia tidak menggubris bahkan membujukku.

hingga aku kesal, enggan lagi berucap padanya, hanya mengirimkan pesan dalam bentuk surat yang kutulis dengan hati yang tak karuan.

tetapi dengan ajaibnya, Gama datang padaku lalu berucap dengan mata yang berbinar, “Aku akan kemo,” sontak aku kaget dan langsung menatap matanya, mencari cari kebohongan atau tipu daya yang lagi ia perbuat. Tapi nihil, matanya seolah berucap jujur.

“Tapi, sebagai gantinya kamu harus berjanji,” lanjutnya

“Apa,”

“Buatkan surat untukku disetiap tanggal tiga,”

aku mengerutkan kening, tidak mengerti “Kenapa harus di setiap tanggal tiga?”

ia tidak menjawab dan memberiku pertanyaan lagi, “Mau atau tidak?”

walau sampai saat ini aku tidak mengerti mengapa harus tanggal tiga, tapi tetep ku buatkan dan terus mengudara.

curangnya, hanya aku yang berjanji. Harusnya, aku meminta ia berjanji untuk membaca setiap surat ditanggal tiga juga.

tetapi terlambat,

sekarang, menjadi surat pertama yang mengudara tanpa pernah lagi dibaca sang pemiliknya.

Ga, sudah dulu ya. Nanti ku sambung lagi karena duka darimu belum kunjung hilang, selamat berbahagia dikehidupan selanjutnya, Ga.

Tertanda, Rawikara.