Luka yang kembali terbuka.
Om Joo membawa Saka ke perumahan yang entah dimana karena ia tidak mengenal tempat itu. Om Joo melangkahkan kaki lebih dulu untuk memasuki rumah dan pandangan Saka berhenti kala ia melihat Papa dan Ibunya ada disana.
“Om, maksudnya apa ya?”
Om Joo menoleh kebelakang. “Sini masuk dulu om jelasin”
Jujur kalau Saka tau ia akan berada disini, akan ditolak mentah mentah permintaan om nya itu.
Lalu kita semua berada disatu meja yang sama, seperti akan melakukan konferensi meja bundar, enggak deh.
Ada tante Lily, Papa, Om Joo, dan Saka duduk melingkar.
“Om sebelumnya minta maaf dulu karena gabilang mau kesini sama kamu bang, tapi disini om cuma mau abang sama papa juga ibu kamu baikan” Ucap Om Joo memulai pembicaraan.
Papanya menatap kearah Saka, “Abang, papa gamau masalahnya enggak kelar-kelar. jadi sekarang kamu bisa dengerin penjelasan ibu kamu dulu?”
Saka berdecih, apa yang perlu dikelarin? bukannya sudah bertahun-tahun yang lalu ibunya sendiri yang putuskan hubungan?
“Saka... Ibu mau minta maaf sama kamu. Ibu....” ucapannya terhenti karena tangisan yang keluar, Papanya menenangkan dengan menepuk nepuk pundak tante Lily pelan.
“Ibu... ibu mau jelasin. Nak, mungkin ini enggak seharusnya kamu dengar tapi ibu mau menjelaskan biar kelar”
“Dulu, alesan ibu menceraikan Ayah kamu karena ayah kamu tempramental nak.. ayah kamu.. ibu udah gakuat nak. Ayahmu juga yang melarang ibu untuk bertemu kamu, Ibu ingin sekali—” ucapan ibu terputus.
“BU, UDAH” bentak Saka yang sontak mendapat tatapan tajam dari papanya
“ABANG, JAGA NADA BICARA KAMU”
Om Joo menghela nafas lalu memijat kepala ikut merasakan pusing.
“Bu, udah... udah ngebohongin akunya, ngebohongin semuanya. Ibu enggak cape?”
“Abang maksud kamu apa?” Tanya papa.
Saka menarik nafas mengumpulkan keberanian dalam dirinya, membuka kembali luka yang selama ini ia simpan rapat-rapat.
“Ibu pikir aku enggak tau apa yang selama ini terjadi? Aku tau bu, aku tau” Ucap Saka gemetar, Om Joo mendekatkan diri kepada Saka untuk memberi anak itu ketenangan, menggenggam tangannya.
“Malam itu aku mendengar semuanya, dan gak pernah lupa sampai detik ini.”
“Aku dengar kalau ibu yang berselingkuh dibelakang ayah, Aku dengar kalau ayah juga saat itu memaafkan ibu karena ayah masih sangat mencintai ibu. tapi apa yang ibu lakukan? meninggalkan aku dan ayah”
semuanya kaget mendengar penuturan Saka, menganga tidak percaya. dan Tante Lily pun ikut terkejut pasalnya ia tidak menyangka anaknya itu tahu akan semuanya.
“Liy? ini maksudnya apa?” tanya papa yang tidak dibalas oleh tante Lily.
Saka kembali berbicara dengan mata yang sudah basah. “Kaget? gausah kaget lah bu. Aku diam selama ini karena itu sangat menyakitkan buat aku, tapi apa yang ibu lakukan? membalikan fakta?”
“Saka...ibu buk—” lagi, ucapan Ibu dipotong Saka.
“Bu, udah. Ibu udah ngejelasin ke semuanya kan? sekarang biar aku yang ngejelasin, biar aku kasi tau gimana perlakuan ibu, biar papa tau juga gimana masalalu abang”
Om Joo memberikan segelas air putih untuk menangkan terlebih dahulu, “Diminum dulu bang”
“Hancur, bu. setelah perceraian apa ada ibu perhatian kepada kami? menjenguk kami barang sehari pun? enggak ada”
“Ibu tau? setelah ibu pergi meninggalkan kami ayah depresi bu, depresi karena kehilangan ibu. bahkan sampai diakhir hayatnya pun, hanya nama ibu yang terus ayah panggil.”
Saka memenjamkan matanya yang terasa panas, lalu kembali berbicara.
“Lalu, aku yang harusnya pindah asuh ke ibu karena ayah sudah tiada, tapi lagi dan lagi, ibu membuat hancur aku.
Ibu ingat apa yang ibu lakukan saat itu? aku beritahu kalau mungkin sudah lupa, ya?
Ibu membawa aku pergi lalu meninggalkan aku di depan panti asuhan yang aku enggak tau apa apa pada saat itu. meninggalkan aku sendirian dan tak pernah berbalik.
Umur aku saat itu masih tujuh tahun, bu. aku tau apa sih? tau apa untuk menjalani hidup yang seharusnya pada saat itu aku masih di bimbing dengan orang tua.
Aku bahkan tinggal dan besar di panti yang aku masih tidak mengerti itu tempat apa, aku harus merangkak, terseok-seok untuk tumbuh besar tanpa kasih sayang orang tua.
Ibu tahu? Aku bahkan sudah tidak lagi bisa mempercayai perempuan karena ibu. Karena ibu yang saat itu aku jadikan junjungan, ibu yang dulu penuh kasih sayang justru yang membuat dunia aku hancur tak bersisa.
Sakit banget rasanya, bu... kalau memang ibu tidak menginginkan aku, bilang. bukan seperti itu caranya.
Terus sekarang apa? ibu mau menghancurkan aku lagi? dibagian mana pun rasanya gaada celah, karena semuanya sudah hancur.
Kalau bukan karena bunda, kalau bukan pada saat itu bunda datang dan mengasuh aku, mungkin ibu sekarang enggak bisa liat aku. Mungkin sekarang aku sudah tidak ada lagi didunia, sudah menyerah.”
Semuanya sudah ia keluarkan, rasa sesak, amarah, sakit, ia keluarkan kepada semua orang yang ada disini.
“Aku dilahirkan untuk tidak menerima kebahagiaan ya, bu?”
ucapan Saka sukses membuat semua orang yang ada disitu ikut merasakan apa yang dideritanya, terlebih papanya. mendengar anak laki-lakinya bersuara dengan badan yang bergetar terasa sangat menyakitkan. papa segera memeluk putranya itu dengan hati yang serasa ditancap belati, sakitnya tak terkira.
sudah, ya? sudah belum perjuangannya selama ini?